Minggu, 06 September 2009

Amerika The Real Terrorist : NATO Bunuh 100 Orang Sipil Afghanistan


Lebih dari seratus orang, sebagian besar warga sipil, telah dilaporkan tewas dan sejumlah lainnya terluka setelah pesawat-pesawat tempur pimpinan AS menyerang tanker bahan bakar di wilayah utara afghanistan

Pada hari Jumat (4/9), NATO membenarkan insiden mematikan di provinsi Kunduz, menandakan bahwa serangan udara itu ditargetkan ke dua tangki bahan bakar yang diduga dibajak oleh militan Taliban.

Beberapa laporan yang belum dikonfirmasi, menduga bahwa lebih dari seratus orang telah tewas dalam ledakan yang disebabkan oleh serangan tersebut.

Gubernur provinsi Kunduz, Mohammad Omar, mengkhawatirkan jumlah korban tewas bisa mencapai 90 orang.

Kepala polisi distrik Ali Abad di provinsi Kunduz utara mengatakan puluhan orang tewas dalam pemboman mematikan yang mengguncang wilayah disertai ledakan besar.

“Tanker bahan bakar terjebak di sungai. Ada warga sipil setempat dengan mereka juga. Orang Taliban dibom,” kata kepala polisi.

Saksi mata mengatakan bahwa ratusan orang terluka dengan luka bakar yang mengerikan telah memenuhi sebuah rumah sakit di kota Kunduz, ibukota provinsi di Northern Propinsi.

Lebih dari 140 warga sipil Afghanistan tewas dalam serangkaian Serangan udara AS di propinsi Farah barat pada awal Mei.

Warga sipil telah menjadi korban utama kekerasan di Afghanistan, khususnya di selatan dan timur provinsi bermasalah.

Lebih dari 1.000 warga sipil telah kehilangan nyawa mereka baik dalam serangan udara AS atau dalam pemberontakan yang dipimpin Taliban dalam 6 bulan pertama tahun ini, menurut laporan PBB.

PBB juga melihat bahwa jumlah warga sipil tewas dalam konflik di Afghanistan telah melonjak 24 persen sejauh tahun ini.

Terdapat lebih dari 101.000 tentara AS di Afghanistan. PBB telah memperingatkan bahwa penambahan jumlah pasukan Amerika di Afghanistan bisa berarti korban nyawa bertambah lebih banyak di negara yang dilanda perang.

Serangan udara AS telah menewaskan ratusan warga sipil di Afghanistan selama beberapa bulan terakhir.

Korban sipil yang banyak telah memicu kemarahan publik dan merupakan topik yang diperdebatkan antara Kabul dan Washington. (presstv, 4/9/2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar